Sabtu, 19 November 2011

Ketika persahabatan di ujung tanduk

Untuk sahabat-sahabatku tersayang. Kali ini adalah kali kedua saya menangis. Kemarin malam saya menangis dan kali ini saya menangis lagi, ketika sebelum saya menulis tulisan ini. Mungkin karena saya orangnya terlalu mengandalkan perasaan hingga akhirnya saya sering suka menangis. Saya terlalu cengeng. Iya. Tapi, tak apalah. Saya sudah seperti ini. Perasaan saya, sifat saya, dan pembawaan saya yang terlalu sensitif terhadap sesuatu yang dirasa terlalu touching dan berujung pada tangisan. *PARAH. >.<
Saya menangis bukan karena saya patah hati sama seseorang, saya menangis bukan karena saya ada masalah dalam keluarga, saya menangis bukan karena itu. Saya menangis karena terlalu peka terhadap keadaan di sekitar saya. Saya tidak perlu mengumbarnya di sini, cukup dibaca saja apa yang saya tulis *bagi yang mau membaca.
Oke. Lepas dari itu. Saya sempat mendapatkan kumpulan kata-kata yang berguna bagi kita semua. Sebetulnya, ini bisa dianggap sebuah pengingat bagi saya agar tetap berada pada norma-norma yang telah ditentukan. Utamanya ketika kita menjalin persahabatan dengan seseorang. Jadi, apa salahnya saya menuliskannya di blog ini, bukan? Ingat ya, saya cuma menshare, tidak bermaksud menggurui karena saya juga masih proses pembelajaran. Teruntuk yang menciptakan kata-kata ini hingga sampai kepada saya, saya ucapkan terima kasih banyak. Setidaknya dengan kata-kata ini bisa membuat perasaan saya lebih tenang dari sebelumnya.
“Salah paham di antara sahabat itu wajar. Mungkin karena ada sesuatu yang membuat salah satu pihak kecewa. Orang bilang pada saat kita memiliki sahabat akrab, kita harus siap karena orang yang berpotensi membuat kita kecewa adalah orang terdekat dengan kita, jadi semua itu harus disikapi secara bijaksana.
Masalah yang muncul itu sebagai tuntutan kedewasaan dari masing-masing pihak. Kalau kita bisa berbesar hati dan jiwa (menerima kelebihan dan kekurangan sahabat kita) dengan masalahnya itu dan beritikad baik untuk menyelesaikannya, justru kita akan lebih dewasa dari sebelumnya dan persahabatan kita akan lebih baik dan berkualitas ke depannya.
Kita bersahabat. Tentunya kita akan semakin akrab, bukan? Namun, semakin erat persahabatan kita dengan seseorang, kita harus menjaga diri, bukan semakin los dalam segala hal. Bisa saja, tapi harus terukur, kita harus tetap memperhatikan batas-batas kewajarannya. Ini salah satu hal yang harus diingat. Mengapa kita tidak seharusnya semakin los dalam segala hal ketika kita sudah bersahabat dengan seseorang? Selama kita menjadi manusia kita harus ingat, dalam sadar ataupun tidak sadar, pasti akan ada khilaf dan seorang sahabat akan lebih cepat kecewa dengan hal itu daripada yang bukan sahabat.
Kata orang pengalaman itu adalah guru terbaik. Semoga bagi kita yang lagi berselisih paham dapat saling menerima kelebihan dan kelemahan yang lain dengan IKHLAS. Itu kata kuncinya. Dengan ikhlas Allah akan memberikan lebih dari apa yang kita harapkan. Walaupun memang, pada mulanya untuk bersikap IKHLAS itu pun sulit untuk dijalankan. Bagaimanapun banyaknya orang akan menasihati kita tentang keikhlasan itu bagaimana dan dampaknya, jikalau kita sendiri masih belum bisa mau membuka hati, tentu saja itu akan terlihat sia-sia.
Saya hanya berharap semoga kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang baik dari sebelumnya. Ini hanyalah sebuah proses pendewasaan bagi kita semua untuk menyikapi sebuah masalah dengan pikiran yang lebih matang lagi. Sekarang yang kita butuhkan adalah pemahaman atas kepribadian diri sendiri dan sahabat-sahabat kita.
Yang menuliskan hampir sebagian kata-kata ini sangat berharap banyak dari seorang sahabat, karena hanya karena bersahabat karena Allah, orang akan mendapatkan kebaikan-kebaikan dari sebuah persahabatan. Yang menuliskan ini menyampaikan bahwa persahabatan itu sangat diinginkan dalam Islam. Salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan di hari Mahsyar, di hari yang tidak ada naungan sama sekali kecuali 7 golongan, adalah orang-orang yang bersahabat karena iman kepada Allah.”
Lewat tulisan ini, saya hanya ingin menumpahkan apa yang saya rasakan saat ini. Saya juga memohon maaf atas segala kesalahan saya terhadap kalian (sahabat), yang pernah saya lakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Saya memang tidak terlihat sempurna karena saya juga pernah melakukan kesalahan, sampai detik ini pun saya sengaja atau tidak sengaja melakukan kesalahan itu. Bagi yang pernah menjadi korban kesalahan saya, saya mohon maaf amat sangat.
Mungkin kata MAAF tidak cukup, tapi seenggaknya saya sudah berani jujur atas kesalahan yang saya lakukan, utamanya yang tadi malam menelpon saya. Minta maaf karena saya belum bisa menempatkan posisi yang baik dalam keadaan seperti ini. Terkadang kita harus berbelok arah dari yang telah ditentukan demi kebaikan kita bersama dan saya tidak berpikir ke arah itu akibatnya mungkin akan membuat keadaan menjadi tambah runyam. Mianhae…  Saya minta maaf atas kecerobohan saya.